Data & Pasar

Berikut adalah analisis terkini Data dan Pasar Tambang Indonesia (perkembangan hingga Juli 2024), mencakup produksi, ekspor, harga komoditas, tren pasar, dan tantangan strategis:



  • Batubara:
  • Produksi 2023: 775 juta ton (terbesar ke-3 global setelah China & India).
  • Ekspor 2023: 518 juta ton (terbesar ke-1 eksportir batubara thermal dunia).
  • Harga Acuan (HBA) 2024: USD 110–130/ton (naik 15% YoY akibat permintaan Asia & Eropa).
  • Pasar Utama: China (45%), India (25%), Jepang, dan Korea Selatan.
  • Nikel:
  • Produksi 2023: 1,6 juta ton (terbesar ke-1 global, 35% pasokan dunia).
  • Ekspor Feronikel/HPAL: 480 ribu ton (naik 20% YoY, dominan ke Tiongkok untuk baterai EV).
  • Harga: USD 21.000–23.000/ton (stabil karena permintaan EV).
  • Timah:
  • Produksi 2023: 72 ribu ton (terbesar ke-2 global setelah Tiongkok).
  • Ekspor: 58 ribu ton (80% ke Singapura, Tiongkok, dan AS).
  • Harga: USD 25.000–27.000/ton (tekanan penurunan akibat resesi manufaktur global).
  • Emas & Tembaga:
  • Emas: Produksi 135 ton (Grasberg & Martabe mendominasi).
  • Tembaga: Produksi 650 ribu ton (terbesar ke-7 global).

  • Hilirisasi & Larangan Ekspor Mentah:
  • Larangan ekspor nikel mentah (2020) meningkatkan investasi smelter (42 smelter aktif per 2024).
  • Larangan ekspor bauksit mentah mulai Juni 2023 untuk dorong industri alumina lokal.
  • Permintaan Global:
  • Batubara: Peningkatan permintaan jangka pendek dari Eropa (krisis energi) dan Asia Selatan.
  • Nikel: Permintaan EV global (proyeksi CAGR baterai nikel 15% hingga 2030).
  • Domestic Market Obligation (DMO):
  • Batubara: Kuota DMO 25% untuk PLN, harga domestik cap USD 70/ton.
  • Nikel: Alokasi 10% untuk industri dalam negeri (bahan baku baterai).

  • Regulasi & Insentif:
  • Kompleksitas perizinan terpusat (OSS) menghambat investasi tambang skala kecil.
  • Tarif royalti tinggi (6–10%) untuk komoditas strategis mengurangi daya saing.
  • Lingkungan & Sosial:
  • Tekanan global untuk sertifikasi ESG (terutama batubara).
  • Konflik lahan dengan masyarakat adat (kasus di Sulawesi & Kalimantan).
  • Infrastruktur:
  • Keterbatasan infrastruktur logistik (pelabuhan, rel) meningkatkan biaya distribusi.

  • Batubara:
  • Produksi ditargetkan 710 juta ton (fokus penurasan untuk transisi energi).
  • Harga diprediksi turun ke USD 90–100/ton (jika permintaan Eropa stabil).
  • Nikel:
  • Indonesia targetkan jadi hub baterai EV global (60% produksi nikel dunia di 2025).
  • Investasi smelter tembaga & nikel capai USD 35 miliar (dari Tsingshan, CATL, dll).
  • Energi Hijau:
  • Pasar mineral kritikal (nikel, kobalt, tembaga) akan tumbuh 300% hingga 2040 (IEA).

  • Peluang:
  • Hilirisasi mineral (nikel, bauksit) untuk industri EV dan renewable energy.
  • Kemitraan dengan BUMN (PT Aneka Tambang, PT Inalum) untuk akses pasar.
  • Risiko:
  • Volatilitas harga komoditas akibat geopolitik dan resesi global.
  • Kewajiban divestasi 51% untuk perusahaan asing setelah 10 tahun operasi.

  • Kementerian ESDM (Statistik Minerba 2023–2024)
  • Bank Dunia (Laporan Harga Komoditas Q2 2024)
  • Asosiasi Pertambangan Indonesia (IMA)

Jika memerlukan analisis spesifik (misal: proyeksi harga, kebijakan DMO, atau studi kasus smelter), informasikan lebih detail! 🚀